Aku Nino, seorang laki-laki yang
sangat menyukai basket. Aku dibesarkan dengan didikan basket dari ayah yang
seorang pelatih basket. Aku bersekolah di SMA BUMI PUTERA dan duduk dikelas 2B.
Kulihat jam didinding menunjukkan pukul 7.10 ini saatnya aku berangkat menuju
sekolah.
“Pagi Cinta” , seorang gadis
manis menyapaku dari arah belakang, dengan tersenyum manis aku langsung
menggapai tangannya dan mengajaknya bareng ke sekolah. Hmmm… Ya… dialah
bidadari kecilku, yang selama 2 tahun ini mengisi hatiku. Dia slalu ceria.
Wajahnya nan kecil imut dan manis slalu membuatku tersenyum saat ku dilanda
kepenatan hidup oleh tuntutan lingkungan. Aku mengantarnya sampai didepan
kelasnya, karna kelasku tepat berada disamping kelasya.
Saat bel istirahat aku mendapat
berita bahwa klub basket SMA sekota akan bertanding ditingkat Provinsi. Dan
selama seminggu dikarantina. Aku senang dengan berita itu, namun dalam hati aku
sedikit sedih karena takkan bertemu dengan bidadari kecilku, padahal minggu
depan aku berjanji mengajaknya pergi weekend … Setelah aku mengetahui kabar
itu, aku langsung menemui bidadari kecilku.
“Din… ada sesuatu yang ingin aku
bilang ke kamu. Aku minggu depan ada pertandingan basket” aku menyampaikan
berita ini pada Dina bidadari kecilku.
“Bagusss dunk… khan kamu memang
pengen bertanding lagi “ Dina menjawab polos.
“Iya Din… tapi pertandingan basketnya ditingkat Provinsi dan harus dikarantina selama seminggu, dan acara yang
aku janjiin ke kamu jadi batal” aku berkata sambil memegang tangan Dina.
“Haa… kamu serius…?? “ Dina
berucap dengan sedih.
“Aku serius sayang… Jangan sedih
Din… Aku minta maaf banget Din… Udah sering banget aku ngebatalin janji… Aku
minta maaf banget ya Din” dengan nada menyesal aku berkata sambil terus
memegang tangannya.
“Ok… gpp kok,,, tapi kamu disana
gx boleh macem-macem ya, gx boleh ngelirik cewe lain N hati-hati disana “ Dina
mengizinkan Nino untuk mengikuti pertandingan itu.
“ Makasi sayang… Aku janji… Ntar
kalo aku udah pulang akan banyak waktu untuk kamu ” aku senang banget ngeliat
Dina yang begitu pengertian padaku.
Jauh dalam lubuk hatiku, sebenarnya aku ingin mengajak
Dina untuk melihat pertandinganku, karena biasanya dia yang memberiku semangat
dalam pertandinganku selama ini. Tapi kali ini waktu yang tak berpihak padaku.
Apa boleh buat aku akan berusaha menang dalam pertandingan ini. Beberapa hari
sebelum aku dikarantina aku dan teman-teman giat berlatih. Dina juga sering
melihatku berlatih .
“ Hmmm… Betapa setia dan
sayangnya Dina padaku” aku bergumam dalam hati sambil tersenyum pada dia.
***
Hari ini tiba saatnya aku pergi
berjuang bersama teman-teman ke pertandingan yang aku tunggu-tunggu itu.
Sedihnya meninggalkan Dina, tapi tak apalah… Dalam perjalanan semua sibuk
dengan bercanda, sedaangkan aku hanya terpaku dengan Hp yang ku genggam.
“ Sms dari Dina ya??” sanngah
Doni yang duduk disebelahku.
“Iya Don…” jawab aku singkat.
“Nin… lu kenapa sech ?? ayo
gabung ma yang laen… Gx enak ma yang laen Nin…” Doni berusaha mengajakku agar
tak sedih.
*****
“Jen, kamu liat siapa sech ??”
Tanya Lucy
“Gx liat siapa-siapa kok ?? “
aku menjawab sambil mengalihkan perhatianku.
Dia laki-laki duduk didepanku,
yang dari awal menarik perhatianku untuk dekat dengannya. Aku belum mengetahui
siapa dan darimana asal sekolahnya. Saat turun dari bus aku berusaha memberikan
senyumanku, huh… namun dia hanya membalas sambil berlalu. Dalam hatiku berkata
“menarik“. Pandanganku tak pernah lepas dari gerak-geriknya.
*****
Ini pertandingan pertamaku, aku
harus bisa menang… Dan timku pun menang dalam pertandingan ini. Pertandingan
akan selanjutnya akan dilaksanakan 2 hari lagi.
***
Dipenginapan kami menyusun
strategi agar menang dalam pertandingan berikutnya. Tim putra dan putrid sedang
berdiskusi bersama pelatih. Saat itu aku merasa risih, tiba-tiba ku melihat aku
melihat perempuan yang memandangiku dari awal diskusi, Aku berusaha
mengabaikannya, tapi matanya yang tajam membuatku tak bisa menolak tatapannya.
Didalam diskusi itulah aku mengenal perempuan yang memandangiku itu. Dan
perlahan aku mulai dekat dengannya.
Jeny, salah satu pemain basket
putri yang kukenal dirombongan ini. Jujur aku tertarik padanya, selama disini
aku sering ngobrol dan jalan bareng Jeny, dari sanalah aku lebih mengenal sosok
Jeny yang dewasa dan santai. Aku begitu dekat dengannya dan sempat merasa
nyaman berada didekatnya. Disisi lain aku merasa berdosa karena telah
membohongi Dina dan tidak menceritakannya pada Dina.
Biasanya setiap malam aku slalu
memberi kabar pada Dina, agar dia tak cemas dan sedih memikirkanku. Namun telah
dua hari ini aku jarang ngasih kabar pada Dina, meskipun aku tahu kalau Dina
pasti memikirkanku. Aku tahu mengapa aku begini, karena Jeny sering menemaniku
beberapa hari ini.
Besok adalah hari terakhirku
disini karena hri ini tim basketku kalah dan sehari sebelumnya tim basket putri
juga kalah dalam pertandingan. Walaupun tim kami kalah, aku dan teman-teman
takkn berhenti bermin basket sampai kapanpun. Terkadang aku berfikir, kalau
cinta ku pada basket tak sebesar cintaku pada Dina.
Tibalah saatnya rombongan kami
kembali pulang. Dalam hatiku ada 2 perasaan yang berkecamuk. Perasaan yang
rindu pada kekasih dan perasaan sedih karena berpisah dengan Jeny. Disaat yang
lain larut dalam kegembiraan untuk menepis kekalahan dalam pertandingan, aku
masih terdiam memendam 2 perasaan itu. Tiba-tiba aku teringat pada Dina untuk
memberitahunya bahwa aku pulang pada hari ini. Dina sangat senang mendengar
kabar itu. Namun secara tiba-tiba akun memutuskan untuk rehat sejenak tidak sms
dengan Dina dan bergabung dengan yang lain. Aku risih karena dari awal Jeny
slalu memperhatikan gerak-gerikku.
***
“Pagi yang cerah saatnya go to
school ” aku berteriak setelah berpamitan pada Ayah dan Bunda. Sesampai
disekolah aku langsung menuju kelas Dina. Karena telah satu minggu tak bertemu
biadadari kecilku. Sesampai di kelas Dina, aku melihatnya duduk sendiri sambil
membaca novel.
“I love U” dari belakang aku
berkata untuk mengagetkannya.
“ Hmmmm…. Kok ga’ kasih tau sech
kalo mo kekelas” Tanya Dina dengan wajahnya yang ceria.
“ Sengaja… aku mo bikin kaget
kamu “ jawab Nino sambil memegang pipi Dina. Aku terdiam dan dadaku terasa
sesak, ingin rasanya kumenceritakan apa yang terjadi selama aku dipenginapan,
tentang kedekatanku dengan Jeny, tapi aku takut bila akhirnya Dina sedih dan
meninggalkanku. Jujur aku takut kehilangan Dina. Aku berpikir, belum sekarang
saatnya untuk menyatakan ini semua, tapi aku pasti akan menyatakannya pada
Dina.
Seminggu
telah berlalu namun, hatiku masih tak tenang dengan persaanku yang masih
teringat dengan sosok Jeny. Dinapun sering bertanya padaku, tentang siapa Jeny,
ketika teman-teman menyinggung soal Jeny padaku. Aku slalu berdalih. Hari demi
hari ku coba merangkai kata untuk mengungkapkan semua pada Dina, agar dia bisa
menerima semuanya.
Suatu
hari, sepulang latihan basket aku dan teman-teman langsung menuju sebuah café .
Tiba-tiba Dina datang dan langsung bergabung dengan aku dan teman-temanku.
Dalam penbicaraan itu teman-teman tak sengaja menyinggung soal aku dan Jeny.
Mendengar semua cerita itu Dina hanya bisa diam dan sedih. Aku berusaha untuk
mengalihkan pembicaraan itu. Namun teman-temanku tak mengindahkannya.
Sepulang
dari café Dina bertanya “ Nin… kenapa kamu ga’ cerita ?? Jeny itu siapa ? apa
hubungannya ma kmu Nin ?? kamu tu….. “ tangis Dina tiba-tiba pecah dan tak sanggup
lagi berbicara.
“
Din … aku akan jelasin semuanya ke kamu, jangan nangis Din !! “ Nino berusaha
membujuk kekasihnya agar tak menangis lagi.
“
Apa yang mau kamu jelasin ?? Kenapa ga’ dri awal kamu cerita ke aku ?? Kenapa
aku harus dari temanmu ?? kenapa ga’ kamu ??? KENAPA Nino ?? “ dengan amarah
dan tangis Dina berteriak pada Nino. Baru kali ini Dina begini, kalaupun kami
bertengkar Dina hanya menangis dan diam dan tak pernah dia berteriak padaku.
“Din…
aku minta maaf… aku akan ceritain ke kamu dan setelah itu, terserah kamu mau
apa …” aku bicara dengan nada penuh penyesalan.
Setelah semua ku ceritakan pada Dina, jujur
aku sangat menyesal tentang perasaanku pada Jeny, yang secara tiba-tiba jatuh
cinta pada Jeny, walaupun hanya sesaat. Aku takut Dina akan meninggalkanku.
Namun ternyata tidak, Dina adalah gadis yang lapang dada dan mau menerima semua
yang terjadi ini.
“
Dia yang tepat bagiku, slalu ada disaat aku membutuhkannya, walaupun aku jarang
ada saat dia butuhkan “ dalam hatiku berkata.
“
Aku minta maaf Din, aku ga’ akan ngecewain kamu lagi, aku sayang kamu Din, aku
takut kehilangan kamu “ aku berucap sambil memeluk Dina, seolah-olah takkan
melepaskannya.
Din…
Kamu
terindah bagiku
Yang
pernah tercipta untukku
Takkan
ku sia-siakan dirimu
Kau
bidadari kecilku
Din…
Aku
berjanji takkan pergi darimu
Ku
berjanji setia menemanimu
Saat
sukamu
Dan
saat dukamu
Ku
ingin kau tau
Hanya
kau saja dihatiku
Setelah kejadian itu aku semakin
sayang pada Dina dan berusaha untuk mengertikannya.
__________________________________________________________
Cuma segelintir tulisanku nich ...
(┌'⌣')dHe"saiZen('⌣'┐)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan plagiat y